Suara perkakas dapur saling berkelontang diselingi teriakan seorang yang berperan sebagai seorang ibu yang merah memanggil anaknya. "Pak ngendi kowe?," tanya sang ibu. Tiba-tiba seorang lelaki yang berperan sebagai anak berlari dan bersembunyi di balik podium di ruangan tersebut. Sang ibu tak berhenti berteriak memanggil namanya. Tak lama kemudian, si laki-laki dihampiri anak perempuan lain. Dia berperan sebagai teman bermain anak tersebut. "Kenopo si," tanyanya. "Aku dikongkon ngasahi," jawab sang laki-laki. "Yo aku wegah ra," sambungnya lagi. Satu anak perempuan lainnya kemudian muncul. Ketiganya lalu berdiskusi untuk memainkan sebuah permainan tradisional. Dialek khas Pekalongan begitu melekat dalam drama singkat tersebut. Ketiganya yang berperan sebagai anak-anak sepermainan, mencerminkan kondisi Kota Pekalongan di zaman dahulu. Anak-anak yang bermain bersama dan berdialog dengan dialek Pekalongan. Namun kondisi demikian sudah sulit ditemui saat ini.