Permainan lato-lato kini sangat digandrungi. Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun tidak mau ketinggalan. Apalagi bila mendengar suaranya. Khas permainan lato-lato.
Permainan dua bantul ukuran bola golf yang terikat tali ini seolah mudah. Padahal butuh kelihaian dan konsentrasi agar lato-lato yang mulanya digoyang biasa bisa berputar seolah kincir. Inilah yang membuat banyak orang penasaran. Selama belum berhasil memutar, akan ketagihan mencoba.
Meski hanya permainan biasa, Sosiolog Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr Hery Wibowo, menyakini musim lato-lato ini bisa dimanfaatkan orang tua untuk mengurangi ketergantungan anak terhadap gawai.
"Inilah ajang membangun interaksi sosial dari generasi Z yang sering disebut generasi 'alien' karena suka menyendiri dan generasi rebahan," kata Hery dalam keterangan resmi Unpad di Bandung, Jawa Barat, Senin (9/1).
Menurutnya, mainan lato-lato juga bisa menumbuhkan pola pikir pada anak terkait proses. Ia menilai anak-anak pun bakal memiliki pemahaman bahwa kesuksesan itu harus menempuh proses dan tidak instan.
"Dengan penekanan bahwa proses itu penting, tidak ada sukses instan, dan berlatih akan membawa hasil," kata Hery.
Secara tidak langsung, menurutnya, anak yang memainkan lato-lato akan berusaha menunjukkan kemahirannya di depan sebayanya. Hal itu, bisa menjadi lahan positif bagi anak untuk membangun konsep diri positifnya.
Di samping dengan anak sebaya, menurutnya, para orang tua juga bisa memiliki ruang untuk mengapresiasi anaknya ketika menunjukkan kemahirannya dengan bermain lato-lato.
"Dapat menjadi waktu berkualitas bagi anak dan orang tua, sekaligus wahana pemahaman nilai-nilai positif dan sarana orang tua mengapresiasi kelebihan sang anak, sehingga anak makin merasa berharga. Ini penting bagi tumbuh kembangnya kelak," kata Hery.
Meski banyak sisi positifnya, bermain lato-lato jug bisa mendatangkan dampak negatif bila waktu bermain tidak diatur. Selain itu, bisa saja menjadi rendah diri jika tidak berhasil memainkannya.
"Sehingga diperlukan fokus dan konsentrasi penuh dalam memainkan, agar tidak membahayakan pemain maupun teman-teman di sekitarnya," kata Hery, selaku Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpad itu.